#IniUntukKita – Asa dari ladang garam di kala pandemi

” Bali Pulau Surga “

Apa yang anda bayangkan dari kutipan di atas?

Sebagian akan berpikir, Bali dengan pantainya, Bali dengan alamnya yang indah, Bali dengan budayanya yang elok. Tapi sebagian lagi, akan berpikir, apa mungkin bisa ke sana dalam situasi begini?

Inilah yang sedang kami hadapi di Bali. Dari laporan BBC Indonesia, sektor wisata di Bali merugi 48.5 triliun akibat dampak COVID-19. Bisa dibayangkan bagaimana suatu daerah yang pemasukan terbesarnya berasal dari pariwisata kemudian harus berhenti sejenak, menarik nafas namun tetap harus berjalan. Mungkin demikian yang bisa diibaratkan. Lalu bagaimana kami bertahan? Jawabnya tetap berusaha dan berdikari.

Pura Ulun Danu Beratan, Bali
Sumber Foto : Shutterstock

Data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2019 mengatakan bahwa negeri tirai bambu menyumbang jumlah wisatawan asing terbesar yang melancong ke Bali. Jelas saja, sejak munculnya pandemi ini di negeri China, diikuti dengan larangan terbang dari dan ke negeri China, pariwisata Bali merupakan yang pertama terkena imbasnya.

Tapi Bali harus tetap berjalan, roda ekonomi tidak boleh berhenti. Kami warga Bali yang sebagia besar bekerja dalam sektor pariwisata harus memutar otak, melakukan pekerjaan lainnya agar dapur bisa tetap mengepul, agar kuota internet bisa dibeli untuk kegiatan sekolah daring anak-anak kami, agar semua “masih” baik-baik saja.

Ada satu hal yang menarik perhatian, saat semua berubah begitu cepat, ada sektor-sektor usaha yang masih tetap berjalan tanpa menghiraukan kondisi pandemi. Salah satunya adalah ladang garam dari petani tradisional di Kusamba. Salah satu dari sentra pertanian garam tradisional yang masih tersisa di Bali, mempertahankan tradisi sejak ratusan tahun lamanya. Dari ratusan petani yang menggantungkan hidupnya dari pekerjaan ini pada tahun 90an kini hanya bersisa belasan orang. Sebagian sudah beralih profesi yang lebih menjanjikan, sebagian lagi menjual lahannya kepada investor. Satu-satunya yang dapat menghentikan produksi mereka adalah faktor cuaca, titik.

Garam yang dihasilkan merupakan kualitas garam terbaik dan berkualitas ekspor, garam dengan warna kristal garam yang putih bersih walau tanpa zat pemutih sekalipun. Maka tidak salah saat saya dan suami saya memutuskan untuk membantu para petani memasarkan produk garam laut alami dari para petani garam di Kusamba. Apa yang kami lakukan sejak tahun 2016 bukan hanya bicara keuntungan ekonomi, ada harapan kami untuk membantu para petani untuk tetap bertahan mempertahankan tradisi, ada niat kami untuk memperkenalkan kepada dunia bahwa kami #banggabuatanindonesia jauh sebelum gerakan ini digaungkan oleh pemerintah.

UMKM yang kami rintis sejak tahun 2016 awalnya hanya berniat sebagai penyalur hobi berjualan. Hingga pertengahan tahun 2020 ini, ternyata usaha berjualan garam ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan pada saat awal kami merintis usaha garam, tidak jarang yang mencibir, memandang kalau usaha seperti ini terkesan “aneh”. Namun, saat pandemi datang, para petani garam tetap beraktivitas seperti biasa, tak ada yang berubah. Dan syukurlah permintaan garam laut ini tidaklah surut, justru melonjak. Permintaan garam laut alami dari Kusamba Bali justru mengalami peningkatan sejak masa pandemi. Sepertinya niat pemerintah untuk menggalakan #banggabuatanindonesia sangat berpengaruh pada kelangsungan UMKM kami. Entah darimana datangnya beberapa pembeli baru, mulai melirik produk kami. Bisa dikatakan produk Indonesia tidak kalah bersaing dengan produk luar negeri yang mengklaim dirinya garam berwarna tertentu yang berasal dari pegunungan yang tinggi (You know what I mean), saat inilah saat yang sangat tepat untuk membuktikan bahwa apa yang kita miliki, warisan nenek moyang kita justru menjadi salah satu pegangan kita saat kondisi “buruk” saat ini.

Peran pemerintah mulai kami rasakan dalam upaya Pemulihan Ekonomi Nasional, melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kami beberapa pelaku UMKM di Bali telah mengikuti pelatihan UMKM dan dibantu untuk ikut memasarkan produk ke pasar yang lebih luas. Bahkan kami diberikan sarana berupa gratis cetak stiker label, gratis coaching bersama Shopee dalam platform Whatsapp (selamanya), dan sertifikat pelatihan. UMKM berdikari namun pemerintah tetap menaungi itulah yang kami rasakan saat ini.

Sekali lagi,,, yuk berbanggalah menggunakan produk lokal, karena #IniUntukKita juga loh.

#banggabuatanindonesia

6 respons untuk ‘#IniUntukKita – Asa dari ladang garam di kala pandemi

  1. Woww… Sya baru tau tentang garam kusamba!. Keren banget para petani yg masih mau menggunakan teknik tsb. Salut sama para Petani Sea Salt dari Kusamba Bali !!!

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar