0

My life with twins

Saat orang lain melihat kelucuan foto anak-anak kembar, ngga sedikit orang yang berharap pengen punya anak kembar. Bahkan beberapa waktu lalu viral di medsos postingan “menjebak” dari ibu-ibu yang memposting foto hasil USG bayi kembar.

Tetapi, mempunyai anak plus dianugerahi anak kembar yang sehat sempurna adalah pemberian Tuhan yang sudah sangat lebih dari apa yang saya harapkan. Setelah lebih dari satu tahun menunggu dengan berbagai usaha dan doa. Saat bayi-bayi mungil itu hadir ke dunia, kami ( saya dan suami ) sebagai orang tua baru benar-benar mulai dari nol. Bagi saya mengurus dan merawat bayi sudah pernah saya alami waktu kehadiran adik bungsu saya yang lahir saat saya sudah berusia 17 tahun, walaupun tidak sepenuhnya dengan kondisi yang sama. Sementara, sekarang saya harus benar-benar berhadapan dengan dua bayi, kondisi mereka yang lahir premature dan berat badan lahir rendah. Sekitar dua hingga tiga bulan pertama setelah melahirkan, bapak dan mama saya masih datang setiap malam dan menginap di rumah kami, tetapi pagi hari mereka pulang dan kembali lagi saat sore hari karena harus bekerja. Kalau orang tua saya tidak bisa membantu, entah bagaimana jadinya. Bersyukurlah mereka masih sehat dan sangat membantu kami.

Setelah kembali bekerja sehabis cuti melahirkan selama tiga bulan ( maunya saya 6 bulan sih, kan anaknya dua, maunya saya ) kerepotan lain dimulai. Saat pagi hari menyiapkan perlengkapan pumping, menyiapkan sarapan untuk suami. Saat saya tinggal bekerja anak-anak diasuh suami, dan dibantu juga oleh bapak saya ( ga cukup rasanya sebanyak apapun saya berterima kasih atas semua pengorbanan orang tua saya ).

Kerepotan berikutnya saat mereka mulai MPASI ( Makanan Pendamping ASI ), awal-awal MPASI saya siapkan menu tunggal seperti yang dibahas di grup-grup MPASI. Mulai ke sini saya makin jarang masakin anak-anak. Sempat juga saya agak kecewa dengan suami, karena saya sudah capek-capek masak, tapi suami saya ga mau nyuapin karena katanya anak-anak ngga suka, jadi mesti dua kali kerja karena tetep harus nyeduh bubur instan juga. Ya begitulah memang kondisinya, ada up and down nya, itu pasti. Up nya itu pada saat saya masakin dan anak-anak makan dengan lahapnya. Ihhh seneng banget deh pokoknya, sampai nunggu waktu makan berikutnya, hahaha.

“Trus apa bedanya punya anak kembar dan anak tunggal ?”

Pastinya berbeda. Pertama, kalau dilihat dari segi pengeluaran, hampir sebagian besar pengeluaran untuk anak dikalikan dua, misalnya popok, pakaian, perlengkapan bayi, tetapi ga semua juga sih, ada barang-barang yang ga saya beli 2 biji, kaya misalnya carseat ( demi menghemat juga sih ).  Kedua, saat punya anak kembar, waktu istirahat akan berkurang, karena saat anda punya anak tunggal, saat anak anda tidur, berarti anda bebas menentukan pilihan mau ikut tidur atau mengerjakan sesuatu sambil menunggu si kecil bangun tidur. Tapi untuk ibu-ibu kembar, saat satu anak tidur, dan anak yang lain belum tidur, tetottt. Makanya akan sangat “efisien” kalau waktu tidur dan makan mereka berbarengan, tapi ini tidak selalu terjadi pemirsah. Ketiga, akan sangat terasa jika ingin bepergian, saat punya anak tunggal, ayah, ibu dan anak, kalau dibuat perbandingan, dua orang mengawasi satu anak ( belum dihitung bagi yang mengajak baby sitter ). Sementara untuk kondisi keluarga saya, saya, suami dan dua anak, jadi perbandingannya satu ornag mengawasi satu anak. Nanti saya ceritain deh bagaimana dan apa aja yang dibawa saat kami bepergian. Seru dehhh. Yang lain, yang ga kalah penting juga, hampir setiap ketemu orang-orang, kami ditanyain dengan pertanyaan yang sama, “anaknya kembar ya?” Lalu ditambah dengan pertanyaan, “Cewe apa cowo?” ( hahaha ini agak lucu, karena banyak yang bingung ini si kembar cewe apa cowo, abis mata mereka lentik kaya cewe sih ).

Sekian dulu lah ya ceritanya, nanti kita lanjut lagi

Salam 🙂